Rabu, 01 Desember 2010

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Kuinon Dari Simplisia Umbi Bawang Sabrang (Eleutherine americana Merr.)


ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KUINON
DARI SIMPLISIA UMBI BAWANG SABRANG
(Eleutherine americana Merr.)

As’ari Nawawi, Winasih Rachmawati, Anggi Aryadi
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung (STF-B)
Laboratorium Bahan Alam Institut Teknologi Bandung (ITB)

ABSTRACT
Isolation and identification kuinon compound from tuber onion sabrang (Eleutherine americana Merr.) have been done. Research method started from process extraction by refluks with methanol, fraksinasi and isolation by kromatografi melt vacuum and kromatografi column obtained one isolat in form of rust colored crystal (II-31). Identification conducted by spectrum ultraviolet and infrared. Spectrum ultraviolet of isolate II-31 gave maximum absorption at 224, 246, and 394nm. The result represent typical spectrum of flavonoid (ribbon of I flavonoid lay in 300-400nm and ribbon II lay in 204-285nm). Infrared spectrum of Isolat II-31 showed the absorption of wave number 3427,51cm-1, 2927,94-2858,51cm-1, 736,81-1000cm-1, owning function bunch -OH, aliphatic C-H, bunch of aromatik and alkena. The isolate predicted as kuinon compound.
Keyword : Tuber onion sabrang (Eleutherine americana Merr.), refluks, kuinon.

PENDAHULUAN

Kimia bahan alam sangat penting peranannya dalam rangka pemanfaatan zat-zat kimia yang tersedia di alam, terutama senyawa-senyawa yang aktif secara farmakologi sangat penting ditinjau dari berbagai segi, misalnya senyawa alam hayati umumnya memiliki efek samping yang ringan atau hampir tidak ada dibandingkan dengan senyawa sintetik. Mengingat lebih dari 250.000 jenis tumbuhan tinggi terdapat di muka bumi ini, sehingga logis untuk menduga bahwa masih banyak obat-obatan berguna yang akan ditemukan dari dunia tumbuhan.
Umbi bawang sabrang adalah tumbuhan yang termasuk ke dalam suku Liliaceae. Nama latin tumbuhan ini adalah Eleutherine americana Merr., Eleutherinae bulbus, Eleutherine plicata, atau Sisyrinchium latifolium S.W. Umbi bawang sabrang (Eleutherine americana Merr.) ini tumbuh hampir di setiap daerah di Indonesia seperti di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Tanaman ini tumbuh di daerah pegunungan pada ketinggian sekitar 600-2000 meter di atas permukaan laut. Bagian yang ditanam adalah umbinya dan yang bermanfaat sebagai obat kanker payudara juga umbinya. Selain itu, daunnya juga dapat bermanfaat sebagai pelancar air susu ibu (ASI). Bentuk dan warna umbi bawang sabrang mirip dengan bawang merah. Kandungan kimia umbi bawang sabrang yang telah dilaporkan adalah tanin, polifenol, flavonoid, kuinon, glikosida, asam stearat, asam galat, eleutherinone, eleutherol, eleutherin, dan isoeleutherin.

Gambar Bawang Sabrang (Eleutherine americana Merr.)
Penelitian kimia umbi bawang sabrang yang tumbuh di Indonesia belum banyak digunakan. Maka untuk menunjang program pemerintah untuk meningkatkan status obat tradisional menjadi sediaan fitofarmaka, maka penelitiaan fitokimia tumbuhan yang selama ini telah digunakan sebagai obat tradisional sangat diperlukan dalam upaya standarisasi sediaan fitofarmaka. Maka dalam penelitiian ini kami akan mencoba melihat senyawa yang terdapat dalam tanaman umbi bawang sabrang (Eleutherine americana Merr.) dengan metode refluk.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian meliputi penyiapan bahan, pemeriksaan karakteristik simplisia yang terdiri dari pemeriksaan botani, pemeriksaan fisik, pemeriksaan kandungan kimia, ekstraksi dan pemisahan, isolasi dan identifikasi isolat.
Pembuatan ekstrak dengan cara refluk menggunakan pelarut metanol. Ekstrak kemudian dipekatkan dengan evaporator sampai diperoleh ekstrak pekat metanol, ekstrak metanol dipantau dengan kromatografi lapis tipis (KLT), dilanjutkan dengan kromatografi cair vakum kemudian dilanjutkan dengan kromatografi kolom dengan menggunakan eluen yang sesuai. Fraksi yang diperoleh dipantau dengan KLT dan pengembang yang sesuai. Isolasi dilakukan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis preparatif. Isolat yang diperoleh diidentifikasi dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet (UV) dan spektrofotometer inframerah (IR).


BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan adalah umbi bawang sabrang (Eleutherine americana Merr.), dan bahan kimia yang umum digunakan dalam penelitian ini adalah n-heksan, etil asetat, metanol, aquades, asam klorida pekat, pereaksi Dragendorff, pereaksi Lieberman, pereaksi Lieberman Burchard, asam asetat, alumunium (III) klorida, asam sulfat, selulosa, pelat KLT alumunium silika gel GF254, silika gel 60 H, dan silika gel 60.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitiaan ini antara lain seperangkat alat refluk, evaporator, seperangkat alat penetapan kadar abu, alat penapisan fitokimia, seperangkat alat kromatografi cair vakum, seperangkat alat kromatografi kolom, spektrofotometer ultraviolet, spektrofotometer inframerah, dan alat-alat yang digunakan di laboratorium.


CARA KERJA DAN HASIL

1. Rahasiah Yah.... (banyak modal yang keluar disini)... saya cukupkan dengan PEMBAHASAN dan KESIMPULAN saja untuk berbagi.

PEMBAHASAN

Bahan penelitian yang digunakan umbi bawang sabrang yang diambil, yang tumbuh di sekitar ladang partanian penduduk yang berlokasi di daerah Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung. Untuk mengetahui kebenaran tanaman umbi bawang sabrang, maka dilakukan determinasi yang dilakukan di Herbarium Bandungense, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (ITB). Hasil determinasi membenarkan bahwa tanaman yang diteliti adalah umbi bawang sabrang yang termasuk suku Iridaceae, jenis Eleutherine palmifolia (L.) Merr., sinonim Eleutherine americana (Uubl.) Merr., Eleutherine plicata Herb, dan nama umum bawang kapal (Indonesia), babawangan beureum, bawang sabrang (Sunda), dan brambang sabrang (Jawa).
Untuk mengetahui mutu simplisia, maka dilakukan pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, pemeriksaan kadar abu total diperoleh 1,4%, pemeriksaan kadar abu larut air 4,2%, pemeriksaan kadar abu tidak larut asam 1,7%, pemeriksaan kadar sari larut etanol 2,7%, pemeriksaan kadar sari larut air 2%. Pemeriksaan kadar air 6%, nilai tersebut memenuhi standar persyaratan kadar air simplisia secara umum yaitu kurang dari 10%, dan pemeriksaan susut pengeringan 8%.
Penapisan Fitokimia merupakan salah satu pemeriksaan awal simplisia untuk mengetahui golongan besar senyawa yang terdapat dalam tanaman, penapisan fitokimia meliputi pemeriksaan golongan senyawa kimia diantaranya alkaloid, kuinon, tanin, flavonoid, saponin, steroid atau triterpenoid. Hasil penapisan fitokimia pada simplisia memberikan hasil positif untuk alkaloid (endapan warna merah), kuinon (warna merah kecoklatan), tanin (warna merah), flavonoid (endapan kuning), steroid atau triterpenoid (warna merah), sedangkan hasil penapisan fitokimia pada simplisia memberikan hasil negatif pada saponin (tidak berbentuk busa).
Proses ekstraksi dalam pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara panas yaitu refluks menggunakan metanol dengan simplisia sebanyak 100 gram, cara panas dipakai karena dari data penelitian sebelumnya dengan penggunaan panas dapat meningkatkan rendemen ekstrak umbi bawang sabrang dan berusaha untuk menyajikan data terbaru dengan menggunakan metode refluks. Metanol digunakan sebagai pelarut dikarenakan metanol merupakan pelarut yang umum yang dapat menarik sebagian besar senyawa yang terkandung dalam tanaman termasuk senyawa nonpolar dari simplisia umbi bawang sabrang.
Hasil ekstraksi dipekatkan dengan evaporator sehingga diperoleh ekstrak metanol, ekstrak metanol diperoleh sebanyak 9 gram. Dari ekstrak metanol dipantau dengan KLT menggunakan pelat lapis silika gel GF254, dengan menggunakan pengembang etil asetat:metanol (3:2) terdapat senyawa berwarna coklat kemerahan, biru, dan kuning terlihat di bawah lampu uv 254 nm.
Pemantauan ekstrak metanol dilanjutkan dengan kromatografi cair vakum dengan menggunakan pengelusi landaian (n-heksan:etil asetat:metanol) diperoleh 21 fraksi. Hasil pemantauan fraksi dipantau dengan pengembang n-heksan:etil asetat (7:3). Fraksi yang diperoleh kemudian digabungkan berdasarkan pemantaun pada plat KLT, sehingga diperoleh fraksi (I, II, III, IV, V, VI, VII), dimana pada fraksi I bersisi (fraksi 1 dan 2) sebanyak 0,2 gram, fraksi II berisi (fraksi 3 dan 4) sebanyak 0,3 gram, fraksi III berisi (fraksi 5; 6; 7; 8; 9; 10, dan 11) sebanyak 0,2 gram, fraksi IV berisi (fraksi 12 dan 13) sebanyak 0,1 gram, fraksi V berisi (fraksi 14; 15; 16, dan 17) sebanyak 10 gram, fraksi VI berisi (fraksi 18; 19, dan 20) sebanyak 0,6 gram, fraksi VII berisi (21 dan 22) sebanyak 0,3 gram.
Pemantauan KLT dari fraksi yang digabung didapat fraksi II (berisi fraksi 3 dan 4 dari hasil KCV) sebanyak 0,3 gram dilanjutkan dengan kromatografi kolom menggunakan silika gel 60 G menggunakan pengelusi (n-heksan:etil asetat) diperoleh 39 fraksi. Dengan pengembang n-heksan:etil asetat (3:2) hasil fraksi dipantau dengan menggunakan KLT pelat silika gel GF254. Pada fraksi 24, 25, 30, 31, 32 terdapat senyawa dominan berupa senyawa berwarna kuning sehingga dilakukan pemisahan lebih lanjut.
Untuk pemurnian senyawa, diambil dari fraksi 31 hasil kromatografi kolom, dilakukan pemurnian dengan KLT preparatif dengan pengembang n-heksan:etil asetat (3:2). Dari hasil pemisahan dan pemurnian diperoleh satu isolat (II-31). Isolat diuji kemurniannya dengan KLT dua arah, isolat II-31 berupa kristal kuning. Isolat II-31 merupakan senyawa dominan yang memiliki nilai Rf=0,4 pada KLT pelat silika gel GF254 dengan pengembang n-heksan:etil asetat (3:2).
Spektrum ultraviolet isolat II-31 terjadi pada serapan 224, 246, dan 394 nm. Berdasarkan spektrum isolat II-31 pada serapan memiliki spektrum khas flavonoid (pita I flavonoid terletak pada 300-400 nm dan pita II terletak pada 204-285 nm). Spektrum isolat II-31 menunjukan adanya absorpsi pada ikatan rangkap terkonjugasi.
Spektrum inframerah isolat II-31 menunjukan adanya gugus hidroksi (O-H) pada 3427,51 cm-1, karbon alifatik (C-H) pada 2927,94-2858,51 cm-1, puncak 736,81-1000 cm-1 menunjukkan kemungkinan adanya gugus aromatik dan alkena

.

KESIMPULAN

Hasil penapisan fitokimia atau skrining fitokimia pada simplisia memberikan hasil positif untuk alkaloid, kuinon, tanin, flavonoid, steroid atau triterpenoid, sedangkan hasil penapisan fitokimia pada simplisia memberikan hasil negatif pada saponin.
Dari hasil isolasi didapat satu isolat II-31 berbentuk kristal berwarna kuning. Spektrum ultraviolet isolat II-31 terjadi pada serapan 224, 246, dan 394 nm. Spektrum inframerah isolat II-31 menunjukkan serapan pada bilangan gelombang 3427,51 cm-1, 2927,94-2858,51 cm-1, 736,81-1000 cm-1, yang memiliki gugus fungsi –OH, C-H alifatik, gugus aromatik dan alkena. Isolat diduga merupakan senyawa kuinon

.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985, Tanaman Obat Indonesia Jilid II, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, 47.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid V, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, 194-197.
Harbone, J.B, 1987, Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan Terbitan Kedua, Penerjemah Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, ITB, Bandung, 19-21,103-104, 109.
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, terjemah K. Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, 152, 192.
Winarto, W.P, 2007, Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal Jilid III, Karyasari Herba Media, Cilangkap, 55.
Ditjen POM, DepKes RI, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan pertama, DepKes RI, Jakarta, 10-16, 33-35.
Tang, W, and G, Eisenbrand, 1991, Chinese Drugs Of Plant Origin Chemistry, Pharmacology and use in Tradidisional and Modern Medice, Springer verlag, Berlin, 83.
Underwood, A.L, Day, R.A. J.R, 1999, Analisis Kuantitatif edisi V, Erlangga, Jakarta, 398.
Satiadarma, k, dkk, Asas Pengembangan Prosedur Analisis, edisi pertama, Bandung, Airlangga University Press, 56.
Fesesenden & Fessenden, 1982, Kimia Organik, edisi 3, Erlangga, Jakarta, 312, 318-325.
Gritter, R.J., J.M Bobbit, and A.E Schwarting, 1991, Pengantar Kromatografi, terjemah K. Padmawinata, ITB, Bandung, 82, 107-108, 160-162, 186.
Gritter, R.J., J.M Bobbit, and A.E Schwarting, 1991, Pengantar Kromatografi, terjemah K. Padmawinata, ITB, Bandung, 82, 107-108, 160-162, 186

0 comments: