GAMBARAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK TENTANG EFEK SAMPING DEPO MEDROXYPROGESTERONE ASETAT (DMPA) DI RB xxx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPENDAHULUAN
Program KB merupakan salah satu program pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Adanya perubahan paradigma program KB dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas ke arah pendekatan kesehatan reproduksi, menunjukkan bahwa semakin pentingnya kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berwawasan gender melalui pemberdayaan perempuan dan partisipasi pria. Kasus pergantian dini metode KB merupakan salah satu indikator adanya penurunan kualitas pelayanan KB, yang menunjukkan kurangnya pemberian informasi kepada akseptor mengenai permasalahan kontrasepsi. Dari segi ekonomi pergantian dini dipandang sebagai suatu pemborosan.
Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran (Dep. Kes RI, 1994). Metode KB yang dapat digunakan terdiri dari 2 macam yaitu metode sederhana (kondom, spermiside, koitus interuptus, pantang berkala) dan metode efektif (hormonal, mekanis dan metode KB darurat) (Manuaba, 1998).
Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan kaum ibu adalah KB suntik, ini disebabkan karena aman, efektif, sederhana dan murah. Cara ini mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan (1983) (Muchtar. R, 2002). Namun demikian KB suntik juga mempunyai banyak efek samping, seperti amenorea (30%), spoting (bercak darah) dan menoragia, seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal lainnya dan dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala (<1-17%) (pusing), galaktorea (90%), perubahan berat badan (7-9%) (Hartanto, jones, 2005 ).Berdasarkan data yang di peroleh dari BPS Statistik Kesejahteraan Rakyat di Indonesia pada tahun 2003, jumlah akseptor KB suntik menduduki tingkat pertama (51,08%), dan untuk tingkat Propinsi berjumlah 337.257 peserta, sedangkan hasil survey BKKBN Kabupaten Pandeglang (Desember 2006) jumlah PUS 184.379, akseptor KB suntik 41.538 dan untuk Kecamatan Sekampung jumlah PUS nya 11783 akseptor KB suntik 1890 dari survei akseptor KB suntik berjumlah 425 selama tiga bulan terakhir (Desember – Februari 2007) dan mempunyai keluhan yang dominan yaitu berupa gangguan haid 106 orang, perubahan BB 127 orang, sakit kepala 43 orang dan lain-lain 43 orang tidak ada keluhan 106 orang dan jumlah peserta KB aktif pada RB Ny. MusrifahJawa Barat(Desember – Februari 2007) adalah berjumlah 510 dengan pemakaian suntik KB Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) berjumlah 371 akseptor.
Tabel 1. Akseptor KB yang Datang ke RB Ny. Musrifah Periode Desember – Februari 2007
Bulan Alat Kontra Sepsi
Depo Cyclo Pil Implan IUD
Desember 110 orang 16 orang 25 orang 3 orang 1 orang
Januari 118 orang 17 orang 13 orang 6 orang 4 orang
Februari 143 orang 21 orang 23 orang 3 orang 7 orang
Jumlah 371 orang 54 orang 61 orang 12 orang 12 orang
Sumber : Buku Bantu KB Ny. MusrifahDesember-Februari, 2007
Berdasarkan hasil prasurvei di RB Ny. MusrifahJawa Barat2007 yang di laksanakan pada bulan Maret 2007 dengan melakukan uji kuesioner mengenai pengetahuan akseptor tentang efek samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) pada 10 orang responden KB suntik Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) di dapatkan akseptor yang berkategori kurang mencapai 50%. Jumlah akseptor KB aktipnya berjumlah 425 orang (Desember-Februari 2007), dari keseluruhan data tersebut jumlah akseptor KB suntik Depo lebih banyak dari pada akseptor KB suntik Cyclo. Hal ini melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) di RB Ny. MusrifahKabupaten Pandeglang 2007”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat di rumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) di RB Ny. MusrifahJawa Barat2007” ?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : Deskriptif
2. Subjek penelitian : Akseptor KB suntik Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA).
3. Objek penelitian : Pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA)
4. Lokasi penelitian : Dilaksanakan di RB Ny. Musrifah Jawa Barat
5. Waktu penelitian : 5 Mei – 7 Juni 2007
D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) di RB Ny. Musrifah Jawa Barat tahun 2007.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Bidan RB Ny. Musrifah
Menjadi bahan masukan bagi program kerja bidan untuk meningkatkan konseling yang berkaitan dengan efek samping pada kontrasepsi khususnya kontrasepsi suntik.
2. Instansi Pendidikan Prodi Kebidanan Metro
Sebagai bahan bacaan dan menjadi sumber Pustaka untuk penelitian selanjutnya.
3. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan, khususnya dalam bidang penelitian terhadap “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Efeksamping KB Suntik di RB Ny. Musrifah”.
A. Kontrasepsi Suntik
1. Pengertian
Kontrasepsi suntik merupakan suatu tindakan invasif karena menembus pelindung kulit, penyuntikan harus dilakukan hati-hati dengan teknik aseptik untuk mencegah infeksi (Sarwono, 2003). Salah satu tujuan utama dari kontrasepsi ini adalah untuk mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama, yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan bersenggama, tetapi tetap reversibel. Dua kontrasepsi suntikan berdaya – kerja lama yang sekarang banyak dipakai adalah Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) = Depo-Provera, dan NET-EN (Norethindrone enanthate). Efek samping utama : gangguan pola haid. Sedangkan efek samping lain kecil sekali, antara lain :
a. Berat badan naik, antara 1 – 5 kg (DMPA)
b. Sebagian besar wanita belum kembali infertilitasnya selama 4 – 5 bulan setelah menghentikan suntikannya (Hartanto, 2003).
Jenis metode KB yang biasa digunakan :
a. Metode sederhana
1) Kondom
2) Spermiside
3) Koitus interuptus (senggama terputus)
4) Pantang berkala
b. Metode efektif
1) Hormonal (pil KB, DMPA, NET EN)
2) Mekanis (AKDR)
3) Metode KB darurat (Manuaba, 1998).
2. Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA)
a. Pengertian
1) Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA)
DMPA adalah suatu sintesa progestin yang mempunyai efek progestin asli dari tubuh wanita dan merupakan suspensi steril medroxy progesteron acetat dalam air, yang mengandung medroxy progesteron acetat 150 mg (setiap 3 ml) (FKUI, 1980).
DMPA ini telah dipakai lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita (Hartanto, 2002).
2) Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu :
a) Depo medroxyprogesteron asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM (di daerah bokong).
b) Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg noretindron enantat, di berikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik IM (Sarwono, 2003)
3) Cara Kerja
Cara kerja kontrasepsi ini
a. Mencegah ovulasi
b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.
c. Menjadikan selaput rahim tipis dan atropi
d. Menghambat tranportasi gamet oleh tuba (Sarwono, 2003).
4) Efektifitas
Kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah di tentukan (Sarwono, 2003). Tingginya minat pemakaian alat kontrasepsi ini oleh karena murah, aman, sederhana, efektif dan dapat dipakai pada pasca persalinan (Manuaba, 1998).
5) Keuntungan
Keuntungan penggunaannya adalah :
a) Sangat efektif dan tidak perlu takut lupa
b) Pencegahan kehamilan jangka panjang
c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri
d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
e) Tidak berpengaruh terhadap ASI
f) Sedikit efeksamping
g) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai primenopause.
h) Mencegah kanker andometrium dan kehamilan ektopik
i) Menurunkan kejadian penyakit tumor jinak payudara
j) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Sarwono, 2003).
6) Kerugian/Keterbatasannya
Dapat terjadi perdarahan yang tidak teratur karena tidak terdapatnya estrogen yang diperlukan untuk pengelupasan endometrium secara teratur pada haid (Dep. kes RI, 1994).
7) Efek samping
Efek samping adalah dampak dari obat-obatan yang tidak di inginkan. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia efek samping adalah akibat atau gejala yang timbul secara tidak langsung disamping proses utamanya. Efek samping DMPA adalah dampak dari DMPA yang tidak diinginkan. Efek samping penggunaan DMPA adalah :
a) Gangguan haid
Pola haid yang normal dapat menjadi amenore, perdarahan ireguler, perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi yang lama. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter – menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah besar. Insiden yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atropi endometrium. Sedangkan sebab-sebab dari perdarahan ireguler masih belum jelas, dan nampaknya tidak ada hubungan dengan perubahan-perubahan dalam kadar hormon. DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan.
b) Mual / Pusing / Gelisah
c) Sakit kepala
Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET-EN dan terjadi pada kurang dari 1 – 17% akseptor
d) Berat Badan yang Bertambah
Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg – 5 kg dalam setahun pertama. Penyebab perdarahan tidak jelas tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh.
e) Galaktorea
Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah mungkin dapat memperbaiki kuantitas ASI (memperbanyak produksi ASI). DMPA tidak merubah komposisi dari ASI
f) Depresi
g) Tromboflebitis (Hartanto, 2003).
8) Penanganan Efek Samping dan Masalah Kesehatan
a) Gangguan haid
(1) Amenorea adalah tidak datangnya haid pada setiap bulan selama akseptor mengikuti KB suntik.
Penilaian :
Hindarkan kemungkinan hamil dengan memeriksa ada tidaknya tanda-tanda kehamilan, lakukan pemeriksaan dengan pp tes.
Penanganan :
Gejala amenorea adalah biasa pada peserta kontrasepsi suntikan, walau begitu amenorea selama 6 minggu setelah haid yang teratur mungkin terjadi kehamilan. Bila ya, dapat dipastikan rujuk klien sesuai dengan tata cara yang berlaku, dan jelaskan pada ibu bahwa hormon progestin yang disuntikkan tidak akan menyebabkan kelainan pada janin. Haid normal biasanya kembali setelah 1-3 bulan suntikan dihentikan (Sarwono, 1996)
(2) Menorrhagia adalah datangnya darah haid yang berlebihan jumlahnya
Penilaian :
Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa perdarahan tersebut bukan dari saluran alat kelamin, bila diduga hamil (diluar kandungan) atau keguguran spontan, lakukan pemeriksaan dan bila perlu lakukan tes kehamilan.
Penanganan :
Bila terdapat kelainan segera diobati dan bila perlu rujuk kesarana pelayanan yang lebih lengkap untuk evaluasi lebih lanjut. Hentikan penyuntikan KB. Anjurkan klien untuk konseling kembali setelah mengalami pengobatan.
(3) Spotting adalah perdarahan inter-menstival yang jumlahnya sedikit sekali sehingga tidak memerlukan pemakaian tampon.
Penilaian :
Bila tidak ditemukan kelainan periksalah adanya tanda-tanda anemia berat (daerah-daerah ekstrimitas yang pucat).
Penanganan :
Bila hematokrit < 30 atau hemoglobin < 9 g/dl, dapat diberikan Fe (FeSO4), 200 mg/hari (selama 3 bulan) dan konseling gizi, hentikan suntik KB anjurkan cara lain.
Catatan :
Biasanya justru pada peserta KB suntik, haid bulanan sangat sedikit/tidak ada sehingga kecil kemungkinan untuk anemia.
b) Mual/Pusing/Gelisah
Penilaian :
Pastikan tidak terdapat kehamilan dengan pemeriksaan jasmani, periksa pekaian spekulum, periksa bimanual dan tes kehamilan bila perlu.
Penanganan :
Bila ibu hamil segera rujuk, bila tidak hamil, informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat.
c) Sakit Kepala (disertai gangguan penglihatan)
Penilaian :
Tanyakan apakah ada perubahan menjadi bertambah berat dalam pola sakit kepala sejak mengikuti KB suntik. Lakukan pemeriksaan dan ukur tekanan darah.
Penanganan :
Bila sakit kepala sangat berat dan atau berulang atau tekanan darah meningkat sejak penggunaan KB suntik maka rujuk atau hentikan penyuntikan. Bila gangguan penglihatan menetap rujuk atau hentikan penyuntikan. Bila sakit kepala ringan-sedang, berikan analgesik dan berikan konseling.
d) Perubahan Berat Badan (BB naik atau turun)
Penilaian :
Bandingkan sebelum dan sesudah mengikuti KB suntik, pastikan tidak terdapat adanya kehamilan, pastikan klien makan dan olahraga dengan baik dan tepat.
Penanganan :
Informasikan bahwa kenaikan-penurunan BB sebanyak 1-2 kg dapat terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu menyolok. Bila berat badan berlebihan hentikan penyuntikan dan anjurkan cara KB lain (Sarwono, 1996)
e) Galaktorea (pengeluaran ASI yang berlebihan)
Penilaian :
Laksanakan pemeriksaan hormon pralaktin
Penanganan :
Bila terdapat peningkatan kadar hormon pralaktin hentikan pemberian suntikan.
f) Depresi
Penilaian :
Tanyakan faktor-faktor yang mungkin berpengaruh misalnya depresi pada keluarga dan masalah keuangan dan sosial.
Penanganan :
Berikan konseling, bila akseptor merasa depresinya bertambah berat pada pemakaian KB suntik atau karena pengaruh selama penyuntikan hentikan penyuntikan. Jika KB suntik tidak memperberat kondisi maka penyuntikan dapat dilanjutkan.
g) Tromboflebitis/Penyakit trumboemboli
Penilaian :
Kemungkinan penyakit tromboemboli
Penanganan :
Trimboemboli adalah kontra indikasi pemkaian KB suntik rujuk dan kemungkinan hentikan penyuntikan.
9) Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
a) Usia reproduksi
b) Nulipara dan yang telah memiliki anak
c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi
d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f) Setelah abortus atau keguguran
g) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
h) Perokok
i) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
j) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkolosis.
k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
m) Anemia defisiensi besi (Sarwono, 2003).
10) Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
a) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin per 100.000 kelahiran)
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.
d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
e) Diabetes melitus disertai komplikasi (Sarwono, 2003).
11) Kapan Suntikan KB Dapat Diberikan
a) Pasca persalinan
(1) Segera ketika masih di rumah sakit
(2) Jadwal suntikan berikutnya
b) Pasca abortus
(1) Segera setelah perawatan
(2) Jadwal waktu suntikan diperhitungkan
c) Interval
(1) Segera setelah perawatan
(2) Jadwal waktu diperhitungkan
Jadwal waktu suntikan berikutnya di perhitungkan dengan pedoman
Depoprovera : Interval 12 mgg
Norigest : Interval 8 mgg (Manuaba, 1998).
12) Informasi Lain yang Perlu Disampaikan
a) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (amenorea)
b) Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan.
c) Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan BB, sakit kepala dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya dan cepat hilang.
d) Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan dan bagi ibu yang merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat.
e) Setelah suntikan di hentikan, haid tidak segera datang haid baru datang kembali pada umumnya setelah 6 bulan, selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak haid juga, klien harus kembali kedokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.
f) Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan diberikan 2 minggu. Setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak diberikan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode kontrasepsi lainnya selama 7 hari.
g) Bila klien, misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan kemudian meminta untuk. Digantikan dengan kontrasepsi suntik yang lain, sebaiknya jangan dilakukan.
h) Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil (Sarwono, 2003).
13) Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntik Progestin
a) Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan.
b) Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu.
c) Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
d) Sakit kepala migran, sakit kepala berulang yang berat atau kaburnya penglihatan.
e) Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih banyak dalam satu periode masa haid.
Bila terjadi hal-hal yang di sebutkan diatas, hubungi segera Nakes atau Klinik terdekat (Sarwono, 2003).
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui (kepandaian) atau segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan mata pelajaran.
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan mempunyai 6 tingkat yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang di maksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu.
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002).
Sesuai dengan uraian tinjauan pustaka diatas mengenai gambaran pengetahuan ibu akseptor KB suntik terhadap efek samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA), maka penulis membuat kerangka konsep sebagai berikut :
Independen Dependen
(kerangka konsep tergantung uji validitas kita)
Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian
D. Definisi Operasional
Mendefinisikan variabel secara operasional ialah memeriksa (mendeskripsikan) variabel penelitian sedemikian rupa sehingga bersifat spesifik (tidak berinterpretasi ganda) dan terukur (Praktiknya, 2003).
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Definisi Operasional/Penelitian
No Variabel Definisi Opersional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Kriteria Nilai
1. Pengetahuan
Tentang DMPA
Pemahaman akseptor KB suntik tentang efek samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA)
- Ganguan Haid
- Produksi ASI
- Perubahan Berat badan
- Sakit Kepala dan infertilitas
Angket Kuesioner a. Baik
b. Cukup
c. Kurang Baki
d. Tidak Baik
76-100%
56-75%
40-55%
< 40% Ordinal
2. Efek samping
DMPA Dampak dari DMPA yang tidak diinginkan
Berdasarkan hasil prasurvei di RB Ny. MusrifahJawa Barat2007 yang di laksanakan pada bulan Maret 2007 dengan melakukan uji kuesioner mengenai pengetahuan akseptor tentang efek samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) pada 10 orang responden KB suntik Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) di dapatkan akseptor yang berkategori kurang mencapai 50%. Jumlah akseptor KB aktipnya berjumlah 425 orang (Desember-Februari 2007), dari keseluruhan data tersebut jumlah akseptor KB suntik Depo lebih banyak dari pada akseptor KB suntik Cyclo. Hal ini melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) di RB Ny. MusrifahKabupaten Pandeglang 2007”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat di rumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) di RB Ny. MusrifahJawa Barat2007” ?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : Deskriptif
2. Subjek penelitian : Akseptor KB suntik Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA).
3. Objek penelitian : Pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA)
4. Lokasi penelitian : Dilaksanakan di RB Ny. Musrifah Jawa Barat
5. Waktu penelitian : 5 Mei – 7 Juni 2007
D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) di RB Ny. Musrifah Jawa Barat tahun 2007.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Bidan RB Ny. Musrifah
Menjadi bahan masukan bagi program kerja bidan untuk meningkatkan konseling yang berkaitan dengan efek samping pada kontrasepsi khususnya kontrasepsi suntik.
2. Instansi Pendidikan Prodi Kebidanan Metro
Sebagai bahan bacaan dan menjadi sumber Pustaka untuk penelitian selanjutnya.
3. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan, khususnya dalam bidang penelitian terhadap “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Efeksamping KB Suntik di RB Ny. Musrifah”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kontrasepsi Suntik
1. Pengertian
Kontrasepsi suntik merupakan suatu tindakan invasif karena menembus pelindung kulit, penyuntikan harus dilakukan hati-hati dengan teknik aseptik untuk mencegah infeksi (Sarwono, 2003). Salah satu tujuan utama dari kontrasepsi ini adalah untuk mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama, yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan bersenggama, tetapi tetap reversibel. Dua kontrasepsi suntikan berdaya – kerja lama yang sekarang banyak dipakai adalah Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) = Depo-Provera, dan NET-EN (Norethindrone enanthate). Efek samping utama : gangguan pola haid. Sedangkan efek samping lain kecil sekali, antara lain :
a. Berat badan naik, antara 1 – 5 kg (DMPA)
b. Sebagian besar wanita belum kembali infertilitasnya selama 4 – 5 bulan setelah menghentikan suntikannya (Hartanto, 2003).
Jenis metode KB yang biasa digunakan :
a. Metode sederhana
1) Kondom
2) Spermiside
3) Koitus interuptus (senggama terputus)
4) Pantang berkala
b. Metode efektif
1) Hormonal (pil KB, DMPA, NET EN)
2) Mekanis (AKDR)
3) Metode KB darurat (Manuaba, 1998).
2. Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA)
a. Pengertian
1) Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA)
DMPA adalah suatu sintesa progestin yang mempunyai efek progestin asli dari tubuh wanita dan merupakan suspensi steril medroxy progesteron acetat dalam air, yang mengandung medroxy progesteron acetat 150 mg (setiap 3 ml) (FKUI, 1980).
DMPA ini telah dipakai lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita (Hartanto, 2002).
2) Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu :
a) Depo medroxyprogesteron asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM (di daerah bokong).
b) Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg noretindron enantat, di berikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik IM (Sarwono, 2003)
3) Cara Kerja
Cara kerja kontrasepsi ini
a. Mencegah ovulasi
b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.
c. Menjadikan selaput rahim tipis dan atropi
d. Menghambat tranportasi gamet oleh tuba (Sarwono, 2003).
4) Efektifitas
Kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah di tentukan (Sarwono, 2003). Tingginya minat pemakaian alat kontrasepsi ini oleh karena murah, aman, sederhana, efektif dan dapat dipakai pada pasca persalinan (Manuaba, 1998).
5) Keuntungan
Keuntungan penggunaannya adalah :
a) Sangat efektif dan tidak perlu takut lupa
b) Pencegahan kehamilan jangka panjang
c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri
d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
e) Tidak berpengaruh terhadap ASI
f) Sedikit efeksamping
g) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai primenopause.
h) Mencegah kanker andometrium dan kehamilan ektopik
i) Menurunkan kejadian penyakit tumor jinak payudara
j) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Sarwono, 2003).
6) Kerugian/Keterbatasannya
Dapat terjadi perdarahan yang tidak teratur karena tidak terdapatnya estrogen yang diperlukan untuk pengelupasan endometrium secara teratur pada haid (Dep. kes RI, 1994).
7) Efek samping
Efek samping adalah dampak dari obat-obatan yang tidak di inginkan. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia efek samping adalah akibat atau gejala yang timbul secara tidak langsung disamping proses utamanya. Efek samping DMPA adalah dampak dari DMPA yang tidak diinginkan. Efek samping penggunaan DMPA adalah :
a) Gangguan haid
Pola haid yang normal dapat menjadi amenore, perdarahan ireguler, perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi yang lama. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter – menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah besar. Insiden yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atropi endometrium. Sedangkan sebab-sebab dari perdarahan ireguler masih belum jelas, dan nampaknya tidak ada hubungan dengan perubahan-perubahan dalam kadar hormon. DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan.
b) Mual / Pusing / Gelisah
c) Sakit kepala
Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET-EN dan terjadi pada kurang dari 1 – 17% akseptor
d) Berat Badan yang Bertambah
Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg – 5 kg dalam setahun pertama. Penyebab perdarahan tidak jelas tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh.
e) Galaktorea
Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah mungkin dapat memperbaiki kuantitas ASI (memperbanyak produksi ASI). DMPA tidak merubah komposisi dari ASI
f) Depresi
g) Tromboflebitis (Hartanto, 2003).
8) Penanganan Efek Samping dan Masalah Kesehatan
a) Gangguan haid
(1) Amenorea adalah tidak datangnya haid pada setiap bulan selama akseptor mengikuti KB suntik.
Penilaian :
Hindarkan kemungkinan hamil dengan memeriksa ada tidaknya tanda-tanda kehamilan, lakukan pemeriksaan dengan pp tes.
Penanganan :
Gejala amenorea adalah biasa pada peserta kontrasepsi suntikan, walau begitu amenorea selama 6 minggu setelah haid yang teratur mungkin terjadi kehamilan. Bila ya, dapat dipastikan rujuk klien sesuai dengan tata cara yang berlaku, dan jelaskan pada ibu bahwa hormon progestin yang disuntikkan tidak akan menyebabkan kelainan pada janin. Haid normal biasanya kembali setelah 1-3 bulan suntikan dihentikan (Sarwono, 1996)
(2) Menorrhagia adalah datangnya darah haid yang berlebihan jumlahnya
Penilaian :
Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa perdarahan tersebut bukan dari saluran alat kelamin, bila diduga hamil (diluar kandungan) atau keguguran spontan, lakukan pemeriksaan dan bila perlu lakukan tes kehamilan.
Penanganan :
Bila terdapat kelainan segera diobati dan bila perlu rujuk kesarana pelayanan yang lebih lengkap untuk evaluasi lebih lanjut. Hentikan penyuntikan KB. Anjurkan klien untuk konseling kembali setelah mengalami pengobatan.
(3) Spotting adalah perdarahan inter-menstival yang jumlahnya sedikit sekali sehingga tidak memerlukan pemakaian tampon.
Penilaian :
Bila tidak ditemukan kelainan periksalah adanya tanda-tanda anemia berat (daerah-daerah ekstrimitas yang pucat).
Penanganan :
Bila hematokrit < 30 atau hemoglobin < 9 g/dl, dapat diberikan Fe (FeSO4), 200 mg/hari (selama 3 bulan) dan konseling gizi, hentikan suntik KB anjurkan cara lain.
Catatan :
Biasanya justru pada peserta KB suntik, haid bulanan sangat sedikit/tidak ada sehingga kecil kemungkinan untuk anemia.
b) Mual/Pusing/Gelisah
Penilaian :
Pastikan tidak terdapat kehamilan dengan pemeriksaan jasmani, periksa pekaian spekulum, periksa bimanual dan tes kehamilan bila perlu.
Penanganan :
Bila ibu hamil segera rujuk, bila tidak hamil, informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat.
c) Sakit Kepala (disertai gangguan penglihatan)
Penilaian :
Tanyakan apakah ada perubahan menjadi bertambah berat dalam pola sakit kepala sejak mengikuti KB suntik. Lakukan pemeriksaan dan ukur tekanan darah.
Penanganan :
Bila sakit kepala sangat berat dan atau berulang atau tekanan darah meningkat sejak penggunaan KB suntik maka rujuk atau hentikan penyuntikan. Bila gangguan penglihatan menetap rujuk atau hentikan penyuntikan. Bila sakit kepala ringan-sedang, berikan analgesik dan berikan konseling.
d) Perubahan Berat Badan (BB naik atau turun)
Penilaian :
Bandingkan sebelum dan sesudah mengikuti KB suntik, pastikan tidak terdapat adanya kehamilan, pastikan klien makan dan olahraga dengan baik dan tepat.
Penanganan :
Informasikan bahwa kenaikan-penurunan BB sebanyak 1-2 kg dapat terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu menyolok. Bila berat badan berlebihan hentikan penyuntikan dan anjurkan cara KB lain (Sarwono, 1996)
e) Galaktorea (pengeluaran ASI yang berlebihan)
Penilaian :
Laksanakan pemeriksaan hormon pralaktin
Penanganan :
Bila terdapat peningkatan kadar hormon pralaktin hentikan pemberian suntikan.
f) Depresi
Penilaian :
Tanyakan faktor-faktor yang mungkin berpengaruh misalnya depresi pada keluarga dan masalah keuangan dan sosial.
Penanganan :
Berikan konseling, bila akseptor merasa depresinya bertambah berat pada pemakaian KB suntik atau karena pengaruh selama penyuntikan hentikan penyuntikan. Jika KB suntik tidak memperberat kondisi maka penyuntikan dapat dilanjutkan.
g) Tromboflebitis/Penyakit trumboemboli
Penilaian :
Kemungkinan penyakit tromboemboli
Penanganan :
Trimboemboli adalah kontra indikasi pemkaian KB suntik rujuk dan kemungkinan hentikan penyuntikan.
9) Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
a) Usia reproduksi
b) Nulipara dan yang telah memiliki anak
c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi
d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f) Setelah abortus atau keguguran
g) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
h) Perokok
i) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
j) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkolosis.
k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
m) Anemia defisiensi besi (Sarwono, 2003).
10) Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
a) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin per 100.000 kelahiran)
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.
d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
e) Diabetes melitus disertai komplikasi (Sarwono, 2003).
11) Kapan Suntikan KB Dapat Diberikan
a) Pasca persalinan
(1) Segera ketika masih di rumah sakit
(2) Jadwal suntikan berikutnya
b) Pasca abortus
(1) Segera setelah perawatan
(2) Jadwal waktu suntikan diperhitungkan
c) Interval
(1) Segera setelah perawatan
(2) Jadwal waktu diperhitungkan
Jadwal waktu suntikan berikutnya di perhitungkan dengan pedoman
Depoprovera : Interval 12 mgg
Norigest : Interval 8 mgg (Manuaba, 1998).
12) Informasi Lain yang Perlu Disampaikan
a) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (amenorea)
b) Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan.
c) Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan BB, sakit kepala dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya dan cepat hilang.
d) Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan dan bagi ibu yang merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat.
e) Setelah suntikan di hentikan, haid tidak segera datang haid baru datang kembali pada umumnya setelah 6 bulan, selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak haid juga, klien harus kembali kedokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.
f) Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan diberikan 2 minggu. Setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak diberikan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode kontrasepsi lainnya selama 7 hari.
g) Bila klien, misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan kemudian meminta untuk. Digantikan dengan kontrasepsi suntik yang lain, sebaiknya jangan dilakukan.
h) Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil (Sarwono, 2003).
13) Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntik Progestin
a) Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan.
b) Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu.
c) Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
d) Sakit kepala migran, sakit kepala berulang yang berat atau kaburnya penglihatan.
e) Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih banyak dalam satu periode masa haid.
Bila terjadi hal-hal yang di sebutkan diatas, hubungi segera Nakes atau Klinik terdekat (Sarwono, 2003).
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui (kepandaian) atau segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan mata pelajaran.
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan mempunyai 6 tingkat yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang di maksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu.
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002).
Sesuai dengan uraian tinjauan pustaka diatas mengenai gambaran pengetahuan ibu akseptor KB suntik terhadap efek samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA), maka penulis membuat kerangka konsep sebagai berikut :
Independen Dependen
(kerangka konsep tergantung uji validitas kita)
Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian
D. Definisi Operasional
Mendefinisikan variabel secara operasional ialah memeriksa (mendeskripsikan) variabel penelitian sedemikian rupa sehingga bersifat spesifik (tidak berinterpretasi ganda) dan terukur (Praktiknya, 2003).
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Definisi Operasional/Penelitian
No Variabel Definisi Opersional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Kriteria Nilai
1. Pengetahuan
Tentang DMPA
Pemahaman akseptor KB suntik tentang efek samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA)
- Ganguan Haid
- Produksi ASI
- Perubahan Berat badan
- Sakit Kepala dan infertilitas
Angket Kuesioner a. Baik
b. Cukup
c. Kurang Baki
d. Tidak Baik
76-100%
56-75%
40-55%
< 40% Ordinal
2. Efek samping
DMPA Dampak dari DMPA yang tidak diinginkan
0 comments:
Posting Komentar