Kamis, 08 April 2010

Stres Menyebabkan Otak Mengecil

Stres Menyebabkan Otak Mengecil

Hidup dalam keadaan stres ternyata tidak hanya bisa mempengaruhi kemampuan berpikir dan daya ingat karena otak mengecil, tapi juga membuat daya tahan tubuh semakin buruk dan memudahkan penyakit masuk ke dalam tubuh.

Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa hormon stres seperti kortisol, akan meningkatkan resiko untuk menderita hipertensi, penyakit jantung, dan sebagainya. Ternyata bukan itu saja, penelitian terbaru yang dilaporkan dalam Jurnal Psychoneuroendocrinology, Edisi Desember ini,mengatakan bahwa hormon stres juga akan membuat otak mengecil.

Hormon stres yang tinggi akan membuat daya ingat menurun dan hippokampus (bagian di otak) akan mengecil. Hippokampus ini merupakan bagian otak yang berfungsi dalam proses belajar dan daya ingat. Penelitian yang dilakukan hingga 6 tahun ini, mengukur kadar kortisol dalam sekelompok orang dewasa. Ditemukan, orang yang mempunyai kadar kortisol yang tinggi secara terus menerus akan mempunyai test daya ingat yang lebih buruk dengan dengan orang yang mempunyai kadar kortisol rendah hingga sedang. Selain itu, paparan yang lama terhadap kadar kortisol yang tinggi akan membuat daerah hippokampus di otak, mengecil sebanyak 14%. Mungkin ini dapat menjelaskan mengapa pada beberapa orangtua menunjukkan daya ingat maupun kemampuan berpikir yang buruk, sedang orangtua lainnya menunjukkan sebaliknya.

Bagaimana pengaruh kortisol terhadap anak-anak? Peneliti menemukan, peningkatan kortisol secara temporer mempengaruhi kemampuan berpikir dan daya ingat, tapi ini hanya terjadi secara temporer pula. Penelitian lain menunjukkan bahwa anak dan remaja yang berasal dari golongan sosial ekonomi lemah menunjukkan kadar hormon stres yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang berasal dari golongan sosial ekonomi yang lebih mampu. Ini

menunjukkan bahwa stres dapat mempengaruhi fungsi otak, tanpa melihat pada usia. Dan stres dapat terjadi pada semua kelompok usia yang akan mempengaruhi fisik maupun mental penderitanya.

Sementara itu, penelitian lain yang dilakukan oleh para peneliti dari Australia membuktikan bahwa ada kaitan ilmiah antara tekanan emosional dan sakit. Mulai dari masuk angin biasa

hingga kanker. Kelompok peneliti dari Gervan Institute, Sydney, pekan lalu, mengumumkan mereka menemukan hormon yang dilepaskan ke tubuh saat orang dilanda stres, yakni neuropeptide Y (NPY) merongrong sistem kekebalan tubuh. Sehingga, membuat anda jatuh sakit.

"Sampai kini ada bukti kuat kaitan antara otak dan sistem kekebalan. Namun pada saat ini kita telah mendapatkan koneksi itu, Saat stres, saraf melepaskan banyak NPY. Hormon itu masuk ke aliran darah, tempat hormon tersebut menghuni sel-sel dalam sistem kekebalan dan membinasakan patogen dalam tubuh. Bahwa stres membuat anda sakit kini bukan lagi suatu mitos. Itu kenyataan dan kita perlu menghadapinya dengan serius." ujar Fabienne Mackay Peneliti dari Australia

Penemuan kelompok itu dipublikasikan dalam Journal of Experimental Medicine edisi Senin.

Para peneliti mengemukakan mereka berharap karya mereka akan menghasilkan dua jenis

intervensi terapeutik. Herbert Heerzog salah satu ilmuwan lainnya, mengemukakan

neuropeptide Y telah diketahui akan mempengaruhi tekanan darah dan detak jantung. Namun

temuan dampak hormon itu pada sistem kekebalan telah membuka pintu baru untuk

mengatasi berbagai penyakit.

"Stres membuat anda lebih rentan saat anda, misalnya terkena flu, dan bahkan dalam situasi

yang lebih serius, seperti kanker. Hormon itu dapat membuat sakit menjadi lebih parah dalam

situasi ini," kata dia kepada Radio ABC.

Penyakit lain yang memiliki kaitan dengan stres antara lain rhematoid arthritis, multiple

scelerois, penyakit Crohn, diabates tipe 1 serta lupus. Mackay menjelaskan, diperlukan waktu

bertahun-tahun untuk mengembangkan obat guna menghadapi pengaruh NPY. Solusi terbaik

untuk jangka pendek adalah memerangi stres mereka. "Hal terbaik yang dilakukan adalah

menghilangkan stres dari kehidupan kita dengan cara mengorganisasi kembali cara hidup kita.

Mengubah gaya hidup kita dan menggunakan berbagai cara, seperti yoga dan relaksasi,

semampu kita," katanya.

0 comments: